OBSERVASI
SD NEGERI 42 PANGKALPINANG
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah konsep dasar IPS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah konsep dasar IPS
Dosen Pengampu : Eka
Wahyuningsih, M.Pd
Disusun oleh Kelompok 1:
1.
Vera Yulita
2.
Merryanti
3.
Devia Safitri
4.
Ahmad Tarmizi
5.
Satilawati
6.
Joko Purnama
7.
Oktia Nandari
SEMESTER II/E
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BANGKA
BELITUNG
PROGRAM STUDI PGSD
TAHUN AJARAN 2016
PROGRAM STUDI PGSD
TAHUN AJARAN 2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah tentang “observasi SD Negeri 42 Pangkalpinang“ dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan penulis juga berterimakasih pada Eka wahyuningsih, M.Pd selaku Dosen mata
kuliah konsep dasar IPS
yang
telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai bagaimana penerapan mata pelajaran IPS di tingkat
Sekolah Dasar dalam kurikulum 2013 melalui Tematik.
Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Bangka
Tengah, 10 Mei 2016
Hormat penulis
Tim penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. .i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. LATAR
BELAKANG................................................................................ 1
B. IDENTIFIKASI
MASALAH..................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. KAJIAN
PEMBELAJARAN IPS.............................................................. 3
B. METODE YANG
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN............ 6
C. KAJIAN
KARAKTERISTIK ANAK SD............................................... 11
D. KAJIAN
HASIL BELAJAR DAN KESESUAIAN DENGAN RPP.... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................. 2
A. KESIMPULAN........................................................................................ 26
B. SARAN..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
keceerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan
mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia
memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat
sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan
dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berpikir
abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak
hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek
intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang
dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam
pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan
informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan
kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki
oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan
berpartisipasi aktif di era global.
B. Identifikasi
Masalah
1.
Bagaimana
kajian pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar ?
2.
Bagaimana
metode yang diajarkan oleh guru kepada siswanya saat pembelajaran ?
3.
Bagaimana
kajian karakteristik siswa saat pembelajaran di dalam kelas ?
4.
Bagaimana
kesesuaian RPP dalam pembelajarannya?sesuai atau tidak dalam pelaksanaan proses
pembelajaran ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
kajian pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar.
2.
Mengetahui
metode yang diajarkan oleh guru kepada siswanya saat pembelajaran.
3.
Mengetahui kajian
karakteristik reaksi siswa saat pembelajaran di dalam kelas.
4.
Mengetahui adanya
kesesuaian RPP dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI DAN PEMBAHASAN
A.
Kajian Pembelajaran IPS
1.
Hakikat Pembelajaran IPS
Istilah
“Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di
tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi diperguruan tinggi
identik dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah IPS
di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi
dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai
isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang
sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah
dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta
didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).
IPS
adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan,adaptasi,
seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep
ketrampilanketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi
(Puskur,2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan
bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari
berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan
dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar
para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang
konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan
kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan
mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.[1]
Pembelajaran
IPS lebih menekankan pada aspek
“pendidikan” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS
siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan
mengembangkan serta melatih sikap,nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan
konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang
sebagai bagian dari masyarakat dan Berdasarkan uraian di atas peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang
mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan
humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.
2.
Tujuan Pembelajaran IPS
Hakikat
tujuan mata pelajaran IPS menurut (Chapin, J.R, Messick, R.G.1992: 5) dalam
Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
a. Membina
pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada
masa lalu, sekarang, dan dimasa yang akan datang.
b. Menolong
siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan
mengolah/memproses informasi.
c. Menolong
siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap (value) demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
d. Menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan
sosial.
Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:[2]
a.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
b.
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial;
c.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
d.
Memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Adapun
National Council For The Social Studies (NCSS), sebagai organisasi para
ahli Social Studies menjadi sumber rujukan selama ini merumuskan tujuan pembelajaran
Pengetahuan Sosial yaitu mengembangakan siswa untuk menjadi warganegara yang
memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan ketrampilan memadai untuk berperan serta
dalam kehidupan demokrasi dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi
berdasar sejarah dan ilmu sosial, serta dalam banyak hal termasuk humaniora dan
sains dalam Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15).
Kedua
tujuan utama pembelajaran Pengetahuan Sosial tersebut, tidak terpisahkan dan
merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, saling berhubungan dan saling
melengkapi. Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) Pengetahuan
Sosial mempunyai peran membantu dalam menyiapkan warga negara demokratis dengan
penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan didukung oleh penguasaan
disiplin ilmu-ilmu sosial. Tujuan dari penelitian ini agar para siswa dapat
memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora,
memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta
memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.[3]
Beberapa
pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep
dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah, antropologi, dan psikologi untuk
diajarkan pada jenjang pendidikan.
Definisi
kata pembelajaran dan definisi kata IPS seperti yang telah dikemukan di atas di
gabung menjadi satu pengertian maka pembelajaran IPS adalah suatu upaya yang
dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
berkaitan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan untuk diajarkan disetiap
jenjang pendidikan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran efektif dan
efisien.
3.
Fungsi Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial
Ilmu
pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis
gejala, dan masalah sosial dan masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek
kehidupan dan perpaduan. Untuk melaksanakan program-program IPS dengan baik,
sudah sewajarnya bila guru mengetahui dengan benar fungsi dan peranan mata
pelajaran IPS. Fungsi pembelajaran IPS menurut Ishack (Winataputra, 2007)
diantaranya yaitu:
a. Memberi
bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih
tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mengembangkan
keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS.
c. Menanamkan
sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
d. Menyadarkan
siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya sehingga siswa terdorong untuk
mencintai dan mengagungkan
penciptanya.[4]
e. Memupuk
daya kreatif dan inovatif siswa.
f. Membantu
siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK).
g. Memupuk
diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.
Fungsi
pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah untuk menanamkan sikap ilmiah dan
melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, mengembangkan daya
kreatif dan inovatif siswa serta memberi bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan lebih tinggi.
4.
Tingkat Kesiapan Belajar Siswa
dalam IPS
Menurut
Connel,dkk tingkat kesiapan belajar dapat dibagi menjadi:
a. Kesiapan Kognitif
Kesiapan
kognitif bertalian dengan hal-hal tentang pengetahuan, berpikir, dan penalaran.
Kesiapan kognitif dipengaruhi oleh beberpa hal. Pertama, bergantung kepada
kematangan intelektual. Kedua ialah latar belakang, pengalaman, dan tingkat
pencapaian. Ketiga, struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Keempat, penyajian
bahan belajar yang baru.
b. Kesiapan Afektif
Banyak
guru dan petugas bimbingan yang menganggap anak yang mempunyai kemampuan
intelektual tinggi tetapi kurang berhasil belajar adalah karena kurang siap
secara afektif. Afektif merupakan sikap anak pada saat mengikuti proses pembelajaran.
Walaupun
pengaruh keberhasilan belajar adalah tingkat kesiapan secara keseluruhan namun
yang sering ditonjolkan adalah kesiapan kognitif. Oleh karena itu, Bruner
beranggapan bahwa kesiapan sesuai dengan perkembangan intelektual anak.[5]
Kedua hal itu akan
terbangkit apabila para siswa turut terlibat dengan aktif. dalam peristiwa
belajar (Djodjo dkk, 1992: 68). Cukup disayangkan bahwa bahanbelajar dalam
pengajaran IPS kurang populer di kalangan anak. Kurang populer IPS ini
bertambah karena anak tampaknya kurang peduli. Oleh karena itu dalam pembelajaran
IPS perlu di amati kapan kesiapan anak belajar dapat dirangsang. Hal ini perlu
dilakukan karena kesiapan merupakan paduan antara lingkungan belajar dan
suasana belajar. Lingkungan belajar dengan tantangan seperti itulah anak di
bawah dorongan guru siap belajar. Siswa yang belajar IPS terdiri dari anak-anak
yang beraneka umur dan perkembangannya (Djodjo dkk, 1992: 69).
Berdasarkan uraian di
atas peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kesiapan anak dalam belajar dapat
dinilai dengan aspek kognitif dan afektif dengan memahami sifat anak dalam
belajar dan proses pengajaran IPS di dalam kelas.[6]
B. Metode yang Digunakan dalam
Pembelajaran
1.
Metode
Ceramah
a.
Pengertian
Metode
ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan penuturan (penjelasan
lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara
penyampaian, penyajian bhan pelajaran dengan bermacam-macam penggunaan metode
pengajaran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan
sebagainya.
b.
Cara menggunakan metode ceramah
Langkah-langkah penggunaan metode ceramah
bervariasi,[7]
disesuaikan
dengan metode-metode yang dipakai sebagai variasi, contoh penggunaan metode
tanya-jawab dan diskusi sebagai variasi.
1)
Persiapan
·
Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
(TPK)
·
Menyusun urutan penyajian materi untuk
mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sudah diterapkan
·
Merumuskan materi ceramah secara garis
besar
·
Bila materi ceramah terlalu luas, dapat
dibagi menjadi beberapa penggalan
· Disarankan
materi ceramah diperbanyak untuk dimiliki tiap siswa
2) Pelaksanaan
·
Menjelaskan kepada siswa tujuan
pembelajaran khusus (TPK) yang ingin dicapai sesudah pelajaran berakhir
· Menjelaskan
kepada siswa pelaksanaan metode ceramah bervariasi, misalnya: ceramah yang
disertai dengan Tanya jawab, diskusi kelompok kecil dan ditutup dengan laporan
kelas.
· Membagikan
materi ceramah kepada siswa
· Menyajikan
materi ceramah
· Tanya
jawab
· Guru
mengkomunikasikan hal-hal yang harus didiskusikan dalam kelompok kecil, waktu
yang disediakan untuk diskusi
· Pembentukan
kelompok kecil terdiri dari lima atau tujuh orang
· Pelaksanaan
diskusi kelompok dalam batas waktu yang sudah ditetapkan[8]
· Membuat
kesepakatan satu kelompok untuk melaporkan dimuka kelas, kelompok-kelompok yang
lain sebagai pengulas
· Penyampaian
laporan kelompok-kelompok untuk melaporkan dimuka kelas, kelompok-kelompok yang
lain sebagai pengulas
· Penyampaian
laporan kelompok-kelompok yang telah ditetapkan
· Mengatur
jalannya pengulasan oleh kelompok-kelompok yang lain
· Diskusi
kelas berakhir
2.
Metode
Tanya Jawab
a. Pengertian
Metode Tanya jawab
adalah suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari
guru harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya (pertanyaan dari siswa yang harus
dijawab oleh guru) baik secara lisan atau tertulis. Pertanyaan yang diajukan
mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru atau pertanyaan yang lebih
luas, asal berkaitan dengan pelajaran atau pengalaman yang dihayati. Melalui
dengan Tanya jawab akan memperluas dan memperdalam pelajaran tersebut.
b. Cara
menggunakan Metode Tanya Jawab
1. Persiapan
· Menentukan
topik
· Merumuskan
tujuan pembelajaran khusus (TPK)
· Menyusun
pertanyaan-pertanyaan secara tepat sesuai dengan TPK tertentu[9]
· Mengidentifikasi
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan siswa
2. Pelaksanaan
· Menjelaskan
kepada siswa tujuan pembelajaran khusus (TPK)
· Mengkomunikasikan
penggunaan metode Tanya jawab (siswa tidak hanya bertanya tetapi juga menjawab
pertanyaan guru maupun siswa yang lain)
· Guru
memberikan permasalahan sebagai bahan apersepsi
· Guru
mengajukan pertanyaan keseluruhan kelas
· Guru
harus memberikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya, sehingga dapat
merumuskan secara sistematis
· Tanya
jawab harus berlangsung dalam suasana tenang, dan bukan dalam suasana yang
tegang dan penuh persaingan yang tak sehat di antara para siswa
· Pertanyaan
dapat ditujukan pada seorang siswa atau seluruh kelas, guru perlu menggugah
siswa yang pemalu atau pendiam, sedangkan siswa yang pandai dan berani menjawab
perlu dikendalikan untuk member kesempatan pada yang lain
· Guru
mengusahakan agar setiap pertanyaan hanya berisi satu masalah saja
· Pertanyaan
ada beberapa macam, yaitu pertanyaan pikiran, pertanyaan mengungkapkan kembali
pengetahuan yang dikuasai, dan pertanyaan meminta pendapat, perasaan, sikap,
serta pertanyaan yang hanya mengungkapkan fakta-fakta saja.[10]
Beberapa cara
mengajukan pertanyaan
a. Gunakan
variasi pertanyaan yang terbuka dan tertutup
b. Gunakan
bahasa yang baik dan benar serta pilihlah kata-kata secara cermat dengan
baik-baik jawaban anak-anak
c. Sikap
mengatakan dengan kata-kata lain pertanyaan-pertanyaan anak dan mengarahkannya
kembali
d. Jaga
pertanyaan supaya pendek dan sederhana
e. Mulailah
dari apa yang sudah diketahui murid-murid
f. Akui
bila anda sendiri tidak tahu, tetapi kemudian usahakan mendapatkan jawabannya
g. Angkat
tangan dan seorang tiap kali untuk mendapat jawaban
h. Angkat
tangan dan seorang tiap kali untuk mendapat pada waktu tertentu
i. Berikan
setiap orang kesempatan untuk menjawab pada waktu tertentu
j. Waspada
terhadap pengalihan perhatian atau jawaban yang “tidak tepat” dan usahakan
untuk meredamnya
k. Gunakan
kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti
l. Jagalah
agar pertanyaan itu singkat
3.
Metode
Diskusi
a. Pengertian
Metode
diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan cara siswa membahas,
dengan bertukar pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk memperoleh
suatu pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang topic/suatu, atau
untuk mempersiakan dan merampungkan keputusan bersama.
b. Cara
menggunakan Metode Diskusi
1. Persiapan
· Menentukan
topic yang akan didiskusikan
· Merumuskan
tujuan pembelajaran khusus (TPK)[11]
· Merumuskan
masalah yang akan didiskusikan
· Menentukan
waktu dan pengaturan kelompok diskusi
2. Pelaksanaan
· Membuat
struktur kelompok (pimpinan, sekretatis, anggota)
· Menjelaskan
tujuan pembelajaran khusus (TPK)
· Membagi-bagi
tugas, dan memberikan pengarahan diskusi
· Memberikan
rangsangan dan membatu siswa untuk berpartisipasi
· Mencatat
ide dan saran-saran yang penting
· Kelompok-kelompok
membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam diskusi antar kelompo
· Hasil
diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru atau pimpinan diskusi dalam
bentuk tertulis[12]
C. Kajian
Karakteristik Anak SD
Individu
memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik
diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik
bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik faktor
biologis maupun faktor sosial (Sunarto dan Agung, 2006: 4). Namun kemudian
makin disadari bahwa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau dirasakan
oleh seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara
faktor-faktor biologis dari pengaruh lingkungannya (Sunarto dan Agung, 2006:
4). Dikehidupannya, manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan di luar
dirinya. Sunarto dan Agung (2006: 11-16), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan individu adalah:
a. Perbedaan kognitif
Menurut Bloom, proses
belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah, [13]
menghasilkan tiga
pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tiga kemampuan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Kemampuan kognitif
Kemampuan yang
berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Kemampuan afektif
Berkaitan dengan sikap
dan nilai. Mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan
nilai.
3) Kemampuan psikomotorik
Psikomotorik merupakan
kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang
berkaitan dengan gerak fisik.
b.
Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah
satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Setiap individu dalam berbahasa
berbeda-beda, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk
menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh
makna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat dipengaruhi
oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan. Faktor-faktor lain yang juga
penting antara lain adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
c.
Perbedaan dalam kecakapan motorik
Kecakapan motorik atau
kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja
saraf motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat
kemampuan berpikir.[14]
Karena kematangan pertumbuhan
fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa
akibat terhadap kecakapan motorik setiap individu akan berbeda-beda pula.
d.
Perbedaan dalam latar belakang
Minat dan sikap
individu terhadap sekolah dan pada mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan
kerjasama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan
pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor-faktor
perbedaan diantara para siswa. Begitu juga lingkungan sekitarnya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan fisik akan memberikan pengaruh yang
berbeda-beda.
e.
Perbedaan dalam bakat
Bakat merupakan
kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang
dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Bakat
tidak dapat berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan
untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang
menyentuhnya. Dalam hal inilah makna pendidikan menjadi penting artinya.
f.
Perbedaan dalam kesiapan belajar
Kondisi fisik sehat,
dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap
pengalaman-pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu amat besar terhadap
orang-orang dan benda-benda, membantu perkembangan kebiasaan berbahasa dan
belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri, akibat
dari kesehatan kurang baik mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi
diri. [15]
D. Kajian
Hasil Belajar dan Kesesuaiannya dengan RPP
1. Hasil Belajar
Belajar
merupakan salah satu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan, menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap Winkel (2004: 59). Perubahan itu
bersifat konstan berbekas. Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia
untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skill)
dan sikap (attitudes) Bell-Gredler (Udin S, 2008: 1.5).
Disimpulkan
bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai usaha sadar yang dilakukan individu
atau manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan
dalam interaksinya dengan lingkungan dimana perubahan tingkah laku hasil
belajar tersebut bersifat positif.
Dimyati
dan Mudjiono (2002: 157) mendefinisikan pembelajaran adalah proses yang
diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana
belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut
Udin S. Winataputra (2008: 1.18) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar
pada diri peserta didik.
Oleh karena pembelajaran merupakan upaya
sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan
proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat,
dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut Udin S. Winataputra (2008:
1.18).
Peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan inti dari pendidikan untuk dapat
mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan sikap sehingga menghasilkan kualitas
belajar yang baik pada diri peserta didik. [16]
Hasil belajar merupakan
hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena dapat dijadikan
petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:127)
semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Nana Sudjana
(2005: 3) mengatakan hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku,
yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Anak
berhasil ialah dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
berpusat pada siswa dirasakan memberikan petunjuk yang terarah bagi
perkembangan alat evaluasi belajar, memilih materi dan kegiatan pembelajaran,
penetapan media dan alat pengajaran. Menurut Benjamin Bloom yang dikutip
Syaiful Sagala (2010: 156-160) dilihat dari kawasan (domain) atau bidang yang
dicakup, tujuan-tujuan pendidikan dalam pengajaran dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Tujuan
kognitif
Tujuan kognitif adalah tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan
perilaku dalam aspek berpikir/ intelektual. Ada enam tingkatan dalam domain
kognitif yang berlaku juga untuk tujuan-tujuan dalam domain ini yaitu:
1) Pengetahuan/
ingatan (knowledge)
Aspek
ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari
dari sederhana sampai pada hal-hal sukar. Pada umumnya unsur pengetahuan ini
menyangkut hal-hal yang perlu diingat seperti bahasan, peristilahan, ide,
gejala, rumus-rumus, pasal, hukum, dalil, nama orang, nama tempat, dan
lain-lain. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk kategori paling
rendah dalam domain kognitif. [17]
2) Pemahaman
(comprehension)
Aspek
pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun
materi. Siswa mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain.
3) Penerapan/
aplikasi (application)
Aspek ini mengacu pada kemampuan
menggunakan atau menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum,
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya yang
sudah dimiliki pada situasi baru dan kongkrit, menyangkut penggunaan aturan,
prinsip, dan sebagainya dalam memecahkan persoalan tertentu. Maksudnya ialah
mampu mengubah, mengoprasikan, dan menggunakan.
4) Analisis
(analysis)
Aspek ini mengacu pada kemampuan
mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen
atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara
bagian, sehingga struktur dan aturannya lebih dapat dipahami. Kata kerjanya
yaitu mampu menguraikan, memisahkan, memperinci.
5) Sintetis
(synthesis)
Aspek ini mengacu pada kemampuan
memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur
atau bentuk baru. Aspek sintetis ini memerlukan tingkah laku yang kreatif,
kemampuan sintetis (membentuk) relatif lebih tinggi dari kemampuan analisis
(menguraikan), sehingga untuk menguasainya diperlukan kegiatan belajar yang
lebih kompleks.[18]
6) Evaluasi
(evaluation)
Aspek ini mengacu pada kemampuan
memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa
berdasarkan norma-norma atau patokanpatokan berdasarkan kriteria tertentu.
b. Tujuan
Afektif
Tujuan-tujuan afektif
adalah tujuan-tujuan yang banyak berkaitan dengan aspek perasaan, nilai, sikap,
dan minat perilaku peserta didik atau siswa. Ciri-ciri belajar afektif akan
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap
pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkan kedisiplinannya dalam
mengikuti pelajaran lainnya di sekolah.
Menurut Krathwohl,
Bloom, dan Mansia bahwa domain afektif berdasarkan lima kategori yaitu:
1) Penerimaan
(receiving)
Aspek ini mengacu pada
kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu,
seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekolah.
Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2) Pemberian
respon (responding)
Aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap
norma tertentu. Menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, memperhatikan
secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, serta merasakan
kepuasan dalam merespon, misalnya mulai berbuat sesuai tata tertib disiplin
yang telah diterimanya, aspek ini satu tingkat di atas penerimaan.
3) Penghargaan/
penilaian (valuing)
Aspek ini mengacu kepada kecenderungan menerima suatu norma
tertentu, [19]
menghargai suatu norma, memberikan
penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian
itu, dan mengikat diri pada suatu norma.
4) Pengorganisasian
(organization)
Aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep tentang suatu
nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai dirinya. Pada taraf ini seseorang
mulai memilih nilai-nilai yang disukai, misalnya tentang norma-norma disiplin,
dan menolak nilai-nilai lain.
5) Karakterisasi
(characterization)
Aspek ini mengacu pada pembentukan pola
hidup, aspek ini mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi
sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya.
c. Tujuan
Psikomotor
Ranah psikomotorik
adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Tujuan-tujuan
psikomotor adalah tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek keterampilan
motorik atau gerak dari peserta didik atau siswa.
Menurut Elizabeth
Simpson domain psikomotor terbagi atas tujuh kategori yaitu:
1) Persepsi
(perception)
Aspek
ini mengacu pada penggunaan alat indra untuk memperoleh kesadaran akan suatu
objek atau gerakan dan mengalihkannya.
2) Kesiapan
(set)
Aspek
ini mengacu pada kesiapan memberikan respon secara mental, fisik, maupun
perasaan untuk suatu kegiatan.
3) Respon
terbimbing (guided response)
Aspek
ini mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yang diperlihatkan
dan didemonstrasikan sebelumnya. [20]
4) Mekanisme
(mechanical response)
Aspek
ini mengacu kepada keadaan dimana respon fisik yang dipelajari telah menjadi
kebiasaan.
5) Respons
yang kompleks (complex response)
Aspek
ini mengacu pada pemberian respon atau penampilan perilaku atau gerakan yang
cukup rumit dengan terampil dan efisien.
6) Penyesuaian
pola gerakan atau adaptasi (adjustment)
Aspek
ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respon atau perilaku gerakan dengan
situasi yang baru.
7) Originasi
Aspek
ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak gerik yang baru, dalam
arti menciptakan perilaku dan gerakan baru dilakukannya atas prakarsa atau
inisiatif sendiri.
Dengan
memperhatikan penggolongan tujuan pengajaran tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa dalam menentukan metode, pendekatan, media dan penentuan alokasi waktu
belajar mengacu pada penggolongan tujuan tersebut yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Penelitian ini menfokuskan pada hasil belajar aspek
kognitif dan hasil belajar aspek afektif karena untuk meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD N 42 Pangkalpinang.[21]
2. Kesesuaian
dengan RPP
Dalam
pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas V SDN 42 Pangkalpinang yang mana dalam
PERANGKAT PEMBELAJARAN Tema : 9 LINGKUNGAN SAHABAT KITA Kelas V SILABUS TEMATIK
TERPADU DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) yang mempelajari tentang
materi SDA Indonesia dalam Kompetensi Dasar 3.5 dan 4.3
Pada
Kurikulum 2013 PERANGKAT PEMBELAJARAN SILABUS TEMATIK TERPADU, dapat kami
simpulkan bahwa adanya kesesuaian antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran
dimana RPP dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas.
Dimana guru sudah dapat menyampaikan materi kepada siswa sesuai dengan RPP Tema
9 Lingkungan Sahabat Kita.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
IPS adalah suatu bahan kajian terpadu
yang merupakan penyederhanaan,adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan
dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi,
Antropologi, dan Ekonomi. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada transfer konsep karena
dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah
konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,nilai, moral dan ketrampilannya
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran
IPS antara lain metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Siswa merupakan individu
yang memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik
diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik
bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik faktor
biologis maupun faktor sosial.
Dalam observasi yang telah dilakukan di
SDN 42 Pangkalpinang bahwa adanya kesesuaian antara RPP dengan pelaksanaan
pembelajaran dimana RPP dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran
dikelas. Dimana guru sudah dapat menyampaikan materi kepada siswa sesuai dengan
RPP.
B. Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya pada
materi ”observasi mata pelajaran IPS di
SD dalam penerapan kurikulum 2013”. Apabila ada saran dan kritik yang ingin
disampaikan silahkan sampai kepada kami dan jika terdapat kesalahan mohon dapat
memaafkan dan memakluminya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://eprints.uny.ac.id/7673/3/bab%202%20-%2008108244013.pdf
Arikunto Suharsimi. (1996). pengelolaan
kelas dan siswa. jakarta: PT. grafindo pustaka.
[1] http://eprints.uny.ac.id/7673/3/bab%202%20-%2008108244013.pdf
[2] Ibid..,hal.1
[3] Ibid..,hal.2
[4] Ibid..,hal.3
[5] Ibid..,hal.4
[6] Ibid..,hal.5
[7] Arikunto Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (1996, Jakarta:
PT.Grafindo Pustaka), hal.40-50
[8] Op.Cit..,hal.6
[9] Ibid..,hal.7
[10] Ibid..,hal.8
[11] Ibid..,hal.9
[12] Ibid..,hal.10
[13] Ibid..,hal.5
[14] Ibid..,hal.11
[15] Ibid..,hal.12
[16] Ibid..,hal.13
[17] Ibid..,hal.14
[19] Ibid..,hal.16
[20] Ibid..,hal.17
[21] Ibid..,hal.18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar