Rabu, 25 Mei 2016

makalah observasi di SD tentang penerapan kurikulum 2013



OBSERVASI SD NEGERI 42 PANGKALPINANG
Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah konsep dasar IPS
Dosen Pengampu :      Eka Wahyuningsih, M.Pd
  

Disusun oleh Kelompok 1:
1.        Vera Yulita
2.        Merryanti
3.        Devia Safitri
4.        Ahmad Tarmizi
5.        Satilawati
6.        Joko Purnama
7.        Oktia Nandari
SEMESTER II/E
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
PROGRAM STUDI PGSD
TAHUN AJARAN 2016


KATA PENGANTAR

   Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan  rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah tentang observasi SD Negeri 42 Pangkalpinang dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan penulis juga berterimakasih  pada Eka wahyuningsih, M.Pd selaku Dosen mata kuliah konsep dasar IPS yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai bagaimana penerapan mata pelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar dalam kurikulum 2013 melalui Tematik.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon  kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


                                                                        Bangka Tengah, 10 Mei 2016
            Hormat penulis
             

               Tim penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. .i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.    LATAR BELAKANG................................................................................ 1
B.     IDENTIFIKASI MASALAH..................................................................... 2
C.     TUJUAN PENULISAN............................................................................. 2           
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.    KAJIAN PEMBELAJARAN IPS.............................................................. 3
B.     METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN............ 6
C.     KAJIAN KARAKTERISTIK ANAK SD............................................... 11
D.    KAJIAN HASIL BELAJAR DAN KESESUAIAN DENGAN RPP.... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................. 2
A.    KESIMPULAN........................................................................................ 26
B.     SARAN..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27




BAB I  
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat  sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berpikir abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan  sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global.






B.     Identifikasi Masalah
1.         Bagaimana kajian pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar ?
2.         Bagaimana metode yang diajarkan oleh guru kepada siswanya saat pembelajaran ?
3.         Bagaimana kajian karakteristik siswa saat pembelajaran di dalam kelas ?
4.         Bagaimana kesesuaian RPP dalam pembelajarannya?sesuai atau tidak dalam pelaksanaan proses pembelajaran ?

C.    Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui kajian pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar.
2.         Mengetahui metode yang diajarkan oleh guru kepada siswanya saat pembelajaran.
3.         Mengetahui kajian karakteristik reaksi siswa saat pembelajaran di dalam kelas.
4.         Mengetahui adanya kesesuaian RPP dalam pelaksanaan proses pembelajaran.















BAB II
                            LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
                               
A.      Kajian Pembelajaran IPS
1.         Hakikat Pembelajaran IPS
Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi diperguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).
IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan,adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilanketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur,2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.
 Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.[1]
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek  “pendidikan” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.

2.         Tujuan Pembelajaran IPS
Hakikat tujuan mata pelajaran IPS menurut (Chapin, J.R, Messick, R.G.1992: 5) dalam Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a.    Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan dimasa yang akan datang.
b.    Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah/memproses informasi.
c.    Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/ sikap (value) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.
d.   Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:[2]

a.         Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
b.        Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
c.         Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
d.        Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Adapun National Council For The Social Studies (NCSS), sebagai organisasi para ahli Social Studies menjadi sumber rujukan selama ini merumuskan tujuan pembelajaran Pengetahuan Sosial yaitu mengembangakan siswa untuk menjadi warganegara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan ketrampilan memadai untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi dimana konten mata pelajarannya digali dan diseleksi berdasar sejarah dan ilmu sosial, serta dalam banyak hal termasuk humaniora dan sains dalam Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15).
Kedua tujuan utama pembelajaran Pengetahuan Sosial tersebut, tidak terpisahkan dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi, saling berhubungan dan saling melengkapi. Ichas Hamid Al-lamri dan Tuti Istianti (2006: 15) Pengetahuan Sosial mempunyai peran membantu dalam menyiapkan warga negara demokratis dengan penanaman nilai-nilai kebangsaan dan kewarganegaraan didukung oleh penguasaan disiplin ilmu-ilmu sosial. Tujuan dari penelitian ini agar para siswa dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.[3]
Beberapa pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah, antropologi, dan psikologi untuk diajarkan pada jenjang pendidikan.
Definisi kata pembelajaran dan definisi kata IPS seperti yang telah dikemukan di atas di gabung menjadi satu pengertian maka pembelajaran IPS adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan berkaitan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan untuk diajarkan disetiap jenjang pendidikan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran efektif dan efisien.

3.         Fungsi Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial dan masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan dan perpaduan. Untuk melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru mengetahui dengan benar fungsi dan peranan mata pelajaran IPS. Fungsi pembelajaran IPS menurut Ishack (Winataputra, 2007) diantaranya yaitu:
a.       Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Mengembangkan keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS.
c.       Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
d.      Menyadarkan siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan
penciptanya.[4]
e.       Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
f.       Membantu siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
g.      Memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.

Fungsi pembelajaran IPS dalam penelitian ini adalah untuk menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi, mengembangkan daya kreatif dan inovatif siswa serta memberi bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

4.         Tingkat Kesiapan Belajar Siswa dalam IPS
Menurut Connel,dkk tingkat kesiapan belajar dapat dibagi menjadi:
a. Kesiapan Kognitif
Kesiapan kognitif bertalian dengan hal-hal tentang pengetahuan, berpikir, dan penalaran. Kesiapan kognitif dipengaruhi oleh beberpa hal. Pertama, bergantung kepada kematangan intelektual. Kedua ialah latar belakang, pengalaman, dan tingkat pencapaian. Ketiga, struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Keempat, penyajian bahan belajar yang baru.
b. Kesiapan Afektif
Banyak guru dan petugas bimbingan yang menganggap anak yang mempunyai kemampuan intelektual tinggi tetapi kurang berhasil belajar adalah karena kurang siap secara afektif. Afektif merupakan sikap anak pada saat mengikuti proses pembelajaran.
Walaupun pengaruh keberhasilan belajar adalah tingkat kesiapan secara keseluruhan namun yang sering ditonjolkan adalah kesiapan kognitif. Oleh karena itu, Bruner beranggapan bahwa kesiapan sesuai dengan perkembangan intelektual anak.[5]
Kedua hal itu akan terbangkit apabila para siswa turut terlibat dengan aktif. dalam peristiwa belajar (Djodjo dkk, 1992: 68). Cukup disayangkan bahwa bahanbelajar dalam pengajaran IPS kurang populer di kalangan anak. Kurang populer IPS ini bertambah karena anak tampaknya kurang peduli. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPS perlu di amati kapan kesiapan anak belajar dapat dirangsang. Hal ini perlu dilakukan karena kesiapan merupakan paduan antara lingkungan belajar dan suasana belajar. Lingkungan belajar dengan tantangan seperti itulah anak di bawah dorongan guru siap belajar. Siswa yang belajar IPS terdiri dari anak-anak yang beraneka umur dan perkembangannya (Djodjo dkk, 1992: 69).
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kesiapan anak dalam belajar dapat dinilai dengan aspek kognitif dan afektif dengan memahami sifat anak dalam belajar dan proses pengajaran IPS di dalam kelas.[6]
B.     Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran
1.         Metode Ceramah
a.    Pengertian
Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bhan pelajaran dengan bermacam-macam penggunaan metode pengajaran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya.
b.    Cara menggunakan metode ceramah
     Langkah-langkah penggunaan metode ceramah bervariasi,[7]
disesuaikan dengan metode-metode yang dipakai sebagai variasi, contoh penggunaan metode tanya-jawab dan diskusi sebagai variasi.
1)   Persiapan
·      Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
·      Menyusun urutan penyajian materi untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus yang sudah diterapkan
·      Merumuskan materi ceramah secara garis besar
·      Bila materi ceramah terlalu luas, dapat dibagi menjadi beberapa penggalan
·      Disarankan materi ceramah diperbanyak untuk dimiliki tiap siswa
2)   Pelaksanaan
·      Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang ingin dicapai sesudah pelajaran berakhir
·      Menjelaskan kepada siswa pelaksanaan metode ceramah bervariasi, misalnya: ceramah yang disertai dengan Tanya jawab, diskusi kelompok kecil dan ditutup dengan laporan kelas.
·      Membagikan materi ceramah kepada siswa
·      Menyajikan materi ceramah
·      Tanya jawab
·      Guru mengkomunikasikan hal-hal yang harus didiskusikan dalam kelompok kecil, waktu yang disediakan untuk diskusi
·      Pembentukan kelompok kecil terdiri dari lima atau tujuh orang
·      Pelaksanaan diskusi kelompok dalam batas waktu yang sudah ditetapkan[8]
·      Membuat kesepakatan satu kelompok untuk melaporkan dimuka kelas, kelompok-kelompok yang lain sebagai pengulas
·      Penyampaian laporan kelompok-kelompok untuk melaporkan dimuka kelas, kelompok-kelompok yang lain sebagai pengulas
·      Penyampaian laporan kelompok-kelompok yang telah ditetapkan
·      Mengatur jalannya pengulasan oleh kelompok-kelompok yang lain
·      Diskusi kelas berakhir

2.         Metode Tanya Jawab
a.    Pengertian
Metode Tanya jawab adalah suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya (pertanyaan dari siswa yang harus dijawab oleh guru) baik secara lisan atau tertulis. Pertanyaan yang diajukan mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru atau pertanyaan yang lebih luas, asal berkaitan dengan pelajaran atau pengalaman yang dihayati. Melalui dengan Tanya jawab akan memperluas dan memperdalam pelajaran tersebut.
b.    Cara menggunakan Metode Tanya Jawab
1.   Persiapan
·      Menentukan topik
·      Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
·      Menyusun pertanyaan-pertanyaan secara tepat sesuai dengan TPK tertentu[9]

·      Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan siswa
2.   Pelaksanaan
·      Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran khusus (TPK)
·      Mengkomunikasikan penggunaan metode Tanya jawab (siswa tidak hanya bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru maupun siswa yang lain)
·      Guru memberikan permasalahan sebagai bahan apersepsi
·      Guru mengajukan pertanyaan keseluruhan kelas
·      Guru harus memberikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya, sehingga dapat merumuskan secara sistematis
·      Tanya jawab harus berlangsung dalam suasana tenang, dan bukan dalam suasana yang tegang dan penuh persaingan yang tak sehat di antara para siswa
·      Pertanyaan dapat ditujukan pada seorang siswa atau seluruh kelas, guru perlu menggugah siswa yang pemalu atau pendiam, sedangkan siswa yang pandai dan berani menjawab perlu dikendalikan untuk member kesempatan pada yang lain
·      Guru mengusahakan agar setiap pertanyaan hanya berisi satu masalah saja
·      Pertanyaan ada beberapa macam, yaitu pertanyaan pikiran, pertanyaan mengungkapkan kembali pengetahuan yang dikuasai, dan pertanyaan meminta pendapat, perasaan, sikap, serta pertanyaan yang hanya mengungkapkan fakta-fakta saja.[10]


Beberapa cara mengajukan pertanyaan
a.    Gunakan variasi pertanyaan yang terbuka dan tertutup
b.    Gunakan bahasa yang baik dan benar serta pilihlah kata-kata secara cermat dengan baik-baik jawaban anak-anak
c.    Sikap mengatakan dengan kata-kata lain pertanyaan-pertanyaan anak dan mengarahkannya kembali
d.   Jaga pertanyaan supaya pendek dan sederhana
e.    Mulailah dari apa yang sudah diketahui murid-murid
f.     Akui bila anda sendiri tidak tahu, tetapi kemudian usahakan mendapatkan jawabannya
g.    Angkat tangan dan seorang tiap kali untuk mendapat jawaban
h.    Angkat tangan dan seorang tiap kali untuk mendapat pada waktu tertentu
i.      Berikan setiap orang kesempatan untuk menjawab pada waktu tertentu
j.      Waspada terhadap pengalihan perhatian atau jawaban yang “tidak tepat” dan usahakan untuk meredamnya
k.    Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti
l.      Jagalah agar pertanyaan itu singkat

3.    Metode Diskusi
a.    Pengertian
Metode diskusi adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan cara siswa membahas, dengan bertukar pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk memperoleh suatu pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang topic/suatu, atau untuk mempersiakan dan merampungkan keputusan bersama.
b.    Cara menggunakan Metode Diskusi
1.    Persiapan
·      Menentukan topic yang akan didiskusikan
·      Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)[11]
·      Merumuskan masalah yang akan didiskusikan
·      Menentukan waktu dan pengaturan kelompok diskusi
2.    Pelaksanaan
·      Membuat struktur kelompok (pimpinan, sekretatis, anggota)
·      Menjelaskan tujuan pembelajaran khusus (TPK)
·      Membagi-bagi tugas, dan memberikan pengarahan diskusi
·      Memberikan rangsangan dan membatu siswa untuk berpartisipasi
·      Mencatat ide dan saran-saran yang penting
·      Kelompok-kelompok membuat hasil diskusinya dan disampaikan dalam diskusi antar kelompo
·      Hasil diskusi antar kelompok dilaporkan kepada guru atau pimpinan diskusi dalam bentuk tertulis[12]

C.      Kajian Karakteristik Anak SD
Individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik faktor biologis maupun faktor sosial (Sunarto dan Agung, 2006: 4). Namun kemudian makin disadari bahwa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau dirasakan oleh seorang anak, remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara faktor-faktor biologis dari pengaruh lingkungannya (Sunarto dan Agung, 2006: 4). Dikehidupannya, manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungan di luar dirinya. Sunarto dan Agung (2006: 11-16), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individu adalah:
a. Perbedaan kognitif
Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah, [13]
menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tiga kemampuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kemampuan kognitif
Kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Kemampuan afektif
Berkaitan dengan sikap dan nilai. Mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
3) Kemampuan psikomotorik
Psikomotorik merupakan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
b. Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Setiap individu dalam berbahasa berbeda-beda, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis. Kemampuan berbahasa tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan. Faktor-faktor lain yang juga penting antara lain adalah faktor fisik, terutama organ berbicara.
c. Perbedaan dalam kecakapan motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir.[14]
Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda-beda, maka hal itu membawa akibat terhadap kecakapan motorik setiap individu akan berbeda-beda pula.
d. Perbedaan dalam latar belakang
Minat dan sikap individu terhadap sekolah dan pada mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerjasama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor-faktor perbedaan diantara para siswa. Begitu juga lingkungan sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda.
e. Perbedaan dalam bakat
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat. Bakat tidak dapat berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya. Dalam hal inilah makna pendidikan menjadi penting artinya.
f. Perbedaan dalam kesiapan belajar
Kondisi fisik sehat, dalam kaitannya dengan kesehatan dan penyesuaian diri yang memuaskan terhadap pengalaman-pengalaman, disertai dengan rasa ingin tahu amat besar terhadap orang-orang dan benda-benda, membantu perkembangan kebiasaan berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, dan kurang percaya diri, akibat dari kesehatan kurang baik mempengaruhi perkembangan pemahaman dan ekspresi diri. [15]



D.      Kajian Hasil Belajar dan Kesesuaiannya dengan RPP
1.  Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap Winkel (2004: 59). Perubahan itu bersifat konstan berbekas. Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skill) dan sikap (attitudes) Bell-Gredler (Udin S, 2008: 1.5).
Disimpulkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai usaha sadar yang dilakukan individu atau manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan dalam interaksinya dengan lingkungan dimana perubahan tingkah laku hasil belajar tersebut bersifat positif.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 157) mendefinisikan pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Udin S. Winataputra (2008: 1.18) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.
 Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut Udin S. Winataputra (2008: 1.18).
Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan inti dari pendidikan untuk dapat mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan sikap sehingga menghasilkan kualitas belajar yang baik pada diri peserta didik. [16]
Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:127) semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Nana Sudjana (2005: 3) mengatakan hasil belajar hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Anak berhasil ialah dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berpusat pada siswa dirasakan memberikan petunjuk yang terarah bagi perkembangan alat evaluasi belajar, memilih materi dan kegiatan pembelajaran, penetapan media dan alat pengajaran. Menurut Benjamin Bloom yang dikutip Syaiful Sagala (2010: 156-160) dilihat dari kawasan (domain) atau bidang yang dicakup, tujuan-tujuan pendidikan dalam pengajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Tujuan kognitif
     Tujuan kognitif adalah tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir/ intelektual. Ada enam tingkatan dalam domain kognitif yang berlaku juga untuk tujuan-tujuan dalam domain ini yaitu:
1)   Pengetahuan/ ingatan (knowledge)
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari sederhana sampai pada hal-hal sukar. Pada umumnya unsur pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang perlu diingat seperti bahasan, peristilahan, ide, gejala, rumus-rumus, pasal, hukum, dalil, nama orang, nama tempat, dan lain-lain. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk kategori paling rendah dalam domain kognitif. [17]



2)   Pemahaman (comprehension)
Aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi. Siswa mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.
3)   Penerapan/ aplikasi (application)
Aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya yang sudah dimiliki pada situasi baru dan kongkrit, menyangkut penggunaan aturan, prinsip, dan sebagainya dalam memecahkan persoalan tertentu. Maksudnya ialah mampu mengubah, mengoprasikan, dan menggunakan.
4)   Analisis (analysis)
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian, sehingga struktur dan aturannya lebih dapat dipahami. Kata kerjanya yaitu mampu menguraikan, memisahkan, memperinci.
5)   Sintetis (synthesis)
Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek sintetis ini memerlukan tingkah laku yang kreatif, kemampuan sintetis (membentuk) relatif lebih tinggi dari kemampuan analisis (menguraikan), sehingga untuk menguasainya diperlukan kegiatan belajar yang lebih kompleks.[18]


6)   Evaluasi (evaluation)
Aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokanpatokan berdasarkan kriteria tertentu.
b.    Tujuan Afektif
Tujuan-tujuan afektif adalah tujuan-tujuan yang banyak berkaitan dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik atau siswa. Ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran lainnya di sekolah.
Menurut Krathwohl, Bloom, dan Mansia bahwa domain afektif berdasarkan lima kategori yaitu:
1)   Penerimaan (receiving)
Aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekolah. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2)   Pemberian respon (responding)
     Aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, serta merasakan kepuasan dalam merespon, misalnya mulai berbuat sesuai tata tertib disiplin yang telah diterimanya, aspek ini satu tingkat di atas penerimaan.
3)   Penghargaan/ penilaian (valuing)
     Aspek ini mengacu kepada kecenderungan menerima suatu norma tertentu, [19]
menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu, dan mengikat diri pada suatu norma.
4)   Pengorganisasian (organization)
     Aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep tentang suatu nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilih nilai-nilai yang disukai, misalnya tentang norma-norma disiplin, dan menolak nilai-nilai lain.
5)   Karakterisasi (characterization)
     Aspek ini mengacu pada pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu pada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya.
c.    Tujuan Psikomotor
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Tujuan-tujuan psikomotor adalah tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik atau siswa.
Menurut Elizabeth Simpson domain psikomotor terbagi atas tujuh kategori yaitu:
1)   Persepsi (perception)
Aspek ini mengacu pada penggunaan alat indra untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya.
2)   Kesiapan (set)
Aspek ini mengacu pada kesiapan memberikan respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.
3)   Respon terbimbing (guided response)
Aspek ini mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya. [20]

4)   Mekanisme (mechanical response)
Aspek ini mengacu kepada keadaan dimana respon fisik yang dipelajari telah menjadi kebiasaan.
5)   Respons yang kompleks (complex response)
Aspek ini mengacu pada pemberian respon atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien.
6)   Penyesuaian pola gerakan atau adaptasi (adjustment)
Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respon atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru.
7)   Originasi
Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan baru dilakukannya atas prakarsa atau inisiatif sendiri.
Dengan memperhatikan penggolongan tujuan pengajaran tersebut peneliti menyimpulkan bahwa dalam menentukan metode, pendekatan, media dan penentuan alokasi waktu belajar mengacu pada penggolongan tujuan tersebut yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penelitian ini menfokuskan pada hasil belajar aspek kognitif dan hasil belajar aspek afektif karena untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD N 42 Pangkalpinang.[21]

2.    Kesesuaian dengan RPP
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas V SDN 42 Pangkalpinang yang mana dalam PERANGKAT PEMBELAJARAN Tema : 9 LINGKUNGAN SAHABAT KITA Kelas V SILABUS TEMATIK TERPADU DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) yang mempelajari tentang materi SDA Indonesia dalam Kompetensi Dasar 3.5 dan 4.3 
Pada Kurikulum 2013 PERANGKAT PEMBELAJARAN SILABUS TEMATIK TERPADU, dapat kami simpulkan bahwa adanya kesesuaian antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran dimana RPP dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas. Dimana guru sudah dapat menyampaikan materi kepada siswa sesuai dengan RPP Tema 9 Lingkungan Sahabat Kita.

























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan,adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan-ketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi. Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek  “pendidikan” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPS antara lain metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Siswa merupakan individu yang memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik faktor biologis maupun faktor sosial.
Dalam observasi yang telah dilakukan di SDN 42 Pangkalpinang bahwa adanya kesesuaian antara RPP dengan pelaksanaan pembelajaran dimana RPP dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas. Dimana guru sudah dapat menyampaikan materi kepada siswa sesuai dengan RPP.

B.       Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya pada materi ”observasi mata pelajaran IPS di SD dalam penerapan kurikulum 2013”. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan silahkan sampai kepada kami dan jika terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya.



DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/7673/3/bab%202%20-%2008108244013.pdf
Arikunto Suharsimi. (1996). pengelolaan kelas dan siswa. jakarta: PT. grafindo pustaka.






[1] http://eprints.uny.ac.id/7673/3/bab%202%20-%2008108244013.pdf
[2] Ibid..,hal.1
[3] Ibid..,hal.2
[4] Ibid..,hal.3
[5] Ibid..,hal.4
[6] Ibid..,hal.5
[7] Arikunto Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (1996, Jakarta: PT.Grafindo Pustaka), hal.40-50
[8] Op.Cit..,hal.6
[9] Ibid..,hal.7
[10] Ibid..,hal.8
[11] Ibid..,hal.9
[12] Ibid..,hal.10
[13] Ibid..,hal.5
[14] Ibid..,hal.11
[15] Ibid..,hal.12
[16] Ibid..,hal.13
[17] Ibid..,hal.14
[18]Ibid..,hal.15
[19] Ibid..,hal.16
[20] Ibid..,hal.17
[21] Ibid..,hal.18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar